Friday, September 30, 2011

Inside My Mind 5

“Akan menimpa manusia tahun-tahun penuh dusta. Dimana pendusta dibenarkan dan yang benar didustakan, si pengkhianat dikasih amanah dan si jujur malah dikhianati. Pada masa tersebut, si Ruwaibidhah pandai mengumbar kata-kata.” Para shahabat bertanya, “siapa Ruwaibidhah itu? “ Rasul menjawab, “Adalah manusia bodoh yang memegang jabatan publik.” (H.R. Ibnu Majah dari Abu Hurairah)

"Kita harus berusaha agar opini umum tidak mengetahui permasalahan sebenarnya. Kita harus menghambat segala yang mengetengahkan buah pikiran yang benar. Hal itu bisa dilakukan dengan memuat berita lain yang menarik di surat kabar. Agen-agen kita yang menangani sektor penerbitan akan mampu mengumpulkan berita semacam itu." Protokol of Zion ke 13.

 

Wednesday, September 28, 2011

Kisah Nyata : Memetik Panen dari Kesabaran

Ditengah gemuruhnya kota, ternyata Riyadh menyimpan banyak kisah. Kota ini menyimpan rahasia yang hanya diperdengarkan kepada telinga dan hati yang mendengar. Tentu saja, hidayah adalah kehendakNya dan hidayah hanya akan diberikan kepada mereka yang mencarinya.

Ada sebuah energi yang luar biasa dari cerita yang kudengar beberapa hari yang lalu dari seorang sahabat. Saya mengenal banyak dari mereka, ada beberapa dari Palestina, Bahrain, Jordan, Siria, Pakistan, India, Srilanka dan kebanyakan dari Mesir dan Saudi Arabia sendiri. Ada beberapa juga dari suku Arab yang tinggal di benua Afrika. Salah satunya adalah teman dari Negara Sudan, Afrika.

Saya mengenalnya dengan nama Ammar Mustafa, dia salah satu Muslim kulit hitam yang juga bekerja di hotel ini. Beberapa bulan ini saya tidak lagi melihatnya bekerja. Biasanya saya melihatnya bekerja bersama pekerja lainnya menggarap proyek bangunan di tengah terik matahari kota Riyadh yang sampai saat ini belum bisa ramah di kulit saya. Hari itu Ammar tidak terlihat. Karena penasaran, saya coba tanyakan kepada Iqbal tentang kabarnya.

Sunday, September 25, 2011

Inside My Mind 4

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al Qhashas [27]:77)

Dunia ini dibanding akhirat tiada lain hanyalah seperti jika seseorang diantara kalian mencelupkan jarinya ke lautan, maka hendaklah dia melihat air yang menempel di jarinya setelah dia menariknya kembali. (Diriwayatkan Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah)

Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Al-Hadid: 20)

Wednesday, September 21, 2011

Inside My Mind 3

Wahai Tuhan!
Apapun bagian dunia yang Engkau karuniakan kepadaku,
berikanlah semuanya kepada musuh-musuhMu.
Dan apa pun yang akan Engkau berikan padaku kelak di akhirat,
berikan saja kepada hamba-hambaMu.
Bagiku, Engkau pribadi sudah cukup.
(Rabiah Al-Adawiyyah)


Takut kepada neraka,
dibanding dengan rasa takut untuk berpisah dengan-Nya,
tidak ubahnya seperti setetes air dibanding dengan luasnya lautan.
(Dzinnun Al-Mishri)

Tuesday, September 20, 2011

Membuktikan Diri Muslim di Hadapan Allah

(oleh Ihsan Tandjung)

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (QS al-Baqarah [2]: 208-209).

Seorang muslim perlu selalu melakukan muhasabah (introspeksi) . Terutama ia harus periksa adakah dirinya telah memenuhi kriteria seorang beriman sejati? Dan untuk itu ia mesti membuktikan bahwa dirinya merupakan seorang muslim di hadapan Allah swt. Bukan di hadapan manusia lainnya. Muslim-mukmin sejati pasti mengharapkan pengakuan dari Allah swt, bukan dari sesama manusia, bahkan bukan pengakuan dari dirinya sendiri.

Di dalam bukunya, Anshari Ismail menulis sebagai berikut:
“Yang perlu kita lakukan hanyalah membuktikan diri bahwa kita ini seorang muslim. Muslim yang dikehendaki oleh Allah swt, bukan muslim yang kita kira sendiri. Karena kita adalah hamba Allah swt bukan hamba diri sendiri. Karena kita mengharap ridha Allah swt bukan ridha diri sendiri. Oleh karena itu, untuk membuktikan bahwa kita seorang muslim, maka kita harus ber-Islam dengan caranya Allah swt bukan dengan cara kita sendiri. Tetapi bagaimana ber-Islam dengan cara Allah swt?” (“Jalan Islam-Transformasi Akidah dalam Kehidupan” – Anshari Ismail; An-Nur Books Publishing 2008, hlm. 7)

Sunday, September 18, 2011

Inside My Mind 2

Baru saja beberapa saat yang lalu,
Aku berbisik padaMu, "Ya Allah, aku rindu...",
Dan kemudian Kau tunjukkan padaku,
gambar yang mengharu biru,
Mengacaukan kedamaian hatiku,

Ya Allah, Tuhanku, Rajaku,
Memang Engkau yang paling tahu,
Akan jawaban yang paling jitu,
Tentang keluh kesah dan rasaku,

Terima kasih, Tuhanku, segala puji syukur bagiMu,
Dalam sedih dan pilu, lebih memudahkanku,
Untuk bersujud khusyuk padaMu,
Bermunajat melepaskan rinduku,
Tanpa perlu menghiraukan masalah2 kecil, ini dan itu...

Inside My Mind 1

Hidup ini tidak keras, kawan...
Jika kau memiliki iman dan kepercayaan akan Allah, Tuhan
yang menunjukkanmu jalan di kala kau kehilangan arah tujuan,
yang menjadi teman di kala kau kesepian, atau bahkan,
menyediakan seseorang yang membuatmu merasa nyaman.

Kau katakan hidup ini keras, kawan?
Hidup ini indah... dan mengasyikkan... :)

One Sunday morning, September 2011

Sunday, September 04, 2011

Membela Jihad dalam Pandangan Buya Hamka

Tokoh Muhammadiyah Buya Hamka menegaskan, ketakutan menyebut perkataan jihad adalah dikarenakan hilangnya kepribadian sebagai muslim, atau memang disengaja untuk menghilangkan harga diri sebagai muslim sejati.

"Umat Islam yang diam saja, ketika harga diri kaum muslimin diinjak-injak, dan membiarkan akidah ini tergadaikan dengan dalih toleransi, maka itu bukanlah kerukunan beragama, melainkan dayus, pengecut dan kehinaan."

Perkataan Jihad itu diambil dari pokok kata juhd, artinya bersungguh-sungguh, bekerja keras tidak kenal menyerah, mengeluarkan segala kekuatan dan tenaga untuk mencapai maksud yang mulia. Adapun ’perang’, hanya sebagian kecil saja dari Jihad, bila dirasakan jalan lain telah tertutup. Sebab, memang segala peperangan mesti dikerjakan dengan sungguh-sungguh, strategi yang matang, taktik yang sempurna, teknik yang modern dengan memperhatikan medan dan cuaca. Oleh karena itu, para ahli Islam telah membagi tingkatan jihad menjadi delapan, yakni :